Pages

Minggu, 29 Desember 2013

SING FOR YOU


Ega hanya berbaring di kosnya sambil melihat lampu yang ada di atas langit-langit kosnya. Cowok yang berumur 20 tahun ini baru saja putus dengan pacarnya Cindy, rasanya Ega tak percaya hubunganya berakhir hanya karena pihak ke-3. Cindy selingkuh dengan teman dekat Ega yaitu Risky. Cindy memang dari dulu mengincar risky dengan mendekati Ega, tetapi karena Ega yang lebih dahulu menembak Cindy secara terpaksa Cindy menerima Ega. Risky dari segi finansial memang lebih dari Ega. Disbanding dengan Ega yang hanya anak kos-kosan Risky adalah anak direktur yang setiap hari pergi ke kampus selalu membawa mobil yang mewah. Risky juga anak geng motor, bisa komunitas motor. Wanita mana yang tidak tertarik dengan Risky.

“Aku tidak ingin lagi mengenal yang namanya cinta”

Itulah yang dikatakan Ega untuk dirinya sendiri. ega begitu terpukul, sakit hati cinta tulusnya hanya sebuah permainan bagi Cindy. Ega terus melamun, bersedih hati sampai-sampai dia ketiduran.

“Ini kamarnya Pak?”

“Iya, memang adek mau menempati kamar ini sekarang?”

Sayup-sayup Ega mendengar suara percakapan dari luar. Ternyata ada penghuni baru di kosnya. Ega terbangun mengintip dari cendela, ternyata penghuni baru tersebut adalah seorang cewek dengan paras yang cantik. Memang kos yang dihuni Ega adalah kos campuran namun dari segi keamanan dan kenyamanankos tersebut lumayan baik sesuai dengan biaya kos selama 1 bulan.

“Iya Pak! Karena besok aku pertama kali masuk ke Universitas Y****” Kata cewek tersebut.

“Oh jadi adek pindah kesana? Kebetulan dek disini ada anak kos yang kuliah disana. Itu kamarnya” Sambil menunjuk kamar Ega.

Dipagi harinya ketika Ega menonton TV Ega dihampiri oleh gadis yang baru kos ditempat kosnya tersebut. Memang kebetualan gadis tersebut ingin menonton TV. Di kosan tersebut ada tempat khusus untuk menonton TV, banyaknya TV ada 4. Suasana kos saat itu sangat sepi, hanya ada mereka ber-2 karena rata-rata penghuni kos bekerja. Hanya mereka ber-2 yang mahasiswa.

“Aku dengar kamu kuliah di Y****” Sapa gadis itu pada Ega.

“Iya, baru setahun aku kuliah disana” Jawab Ega.

“Kalau gitu kita kuliah ditempat yang sama aku baru saja pindah dari Surabaya. Namaku Echa, nama kamu siapa?” Sambil mengulurkan tangannya untuk memperkenalkan diri.

“Namaku Ega. Kamu mengambil jurusan apa? Kalau aku mengambil jurusan Manajemen Informatika”

“Oh kalau gitu kita sama aku juga mengambil jurusan Manajemen Informatika. Sebenarnya aku juga punya beberapa teman yang kuliah disana tetapi mereka berbeda jurusan denganku”


Itulah awal perkenalan mereka. Sore harinya Ega dan Echa berangkat kuliah bersama-sama. Memang kuliah mereka sore dari jam 15.00-18.00 WIB. Ega diperkenalkan ke teman-temannya Echa yang diceritakannya tadi pagi. Ternyata teman-teman Echa adalah anak Band, beberapa dari mereka adalah anak motor, Echa sendiri ternyata jago main gitar. Teman Echa cukup menyenangkan bagi Ega.

Ega menemukan teman baru, sejak saat itu mereka menjadi akrab. Tapi sikap Ega membuat Echa bingung. Bagi Echa, Ega adalah sosok orang yang pendiam dan cuek. Ega tidak perna menceritakan tentang dirinya kecuali jika Echa bertanya pasti Ega menjawab selebihnya jika pertanyaan itu tidak penting untuk dijawab maka tidak ia jawab atau hanya sebagian yang ia jawab selebihnya penuh dengan tanda Tanya.

Sosok Ega yang pendiam pada Echa itu hanya karena Ega masih trauma dengan cinta pertamanya yang kandas. Ega tidak mau berlebihan dengan wanita cukup bagi Ega mengenal pahitnya cinta. Satu bulan perkenalannya dengan Echa, Ega agak cuek tapi setelah beberapa bulan masa pertemanan mereka Ega agak sedikit terbuka. Entah disengaja atau tidak suatu hari mereka sedang ngobrol di kos. Seperti biasa mereka sedang menonton TV, entah siapa yang memulai mereka tiba-tiba membahas tentang cinta, persahabatan, masa lalu, bahkan tentang mantan. Saat itulah Ega menceritakan tentang cinta pertamanya yang pahit. Echa begitu terharu mendengar cerita dari Ega. Akhirnya Echa mengerti kenapa sikap Ega yang cuek dan pendiam karena selama ini dia tidak bisa move on. Ega terlalu mengingat masa lalunya. Saat itu Echa hanya dapat memberi satu nasehat pada Ega.

“Memang penting pahitnya masa lalu untuk diingat agar kita dapat belajar dan menjadi lebih kuat untuk menghadapi masalah yang lebih besar nanti. Tetapi jangan karena masa lalu itu menjadikan kita lebih lemah dari yang sebelummya”

Hati Ega seakan-akan terhentak mendengar kata-kata Echa.

“Echa benar. Apa yang diakatakan Echa benar” Kata Ega dalam hati.

Ega seperti mendapat semangat baru dalam hidupnya.

“Akan kuajarkan untuk melupakan mantanmu” Kata Echa pada Ega.

“Caranya?” Sahut Ega.

“Ya kamu dapat mengisi hari-hari mu dengan berbagai kegiatan. Kalau kamu hanya menghabiskan waktu mu untuk berdiam di kos, menonton TV, dls. Kapan kamu akan move on?!!”

Besoknya Ega digabungkan ke grup band oleh Echa, grup band yang dipelopori oleh teman-temannya dan dirinya sendiri. Ega diajarkan main gitar oleh Echa, Ega juga ikut berbagai komunitas seperti komunitas IT, motor, dance, dls. Hubungan Ega dan Echa semakin erat karena seringnya kebersamaan yang mereka lakukan, seperti mereka berada di grup band yang sama, bergabung di beberapa komunitas yang sama. Terkadang hal itu membuat pacar Echa cemburu. Echa mempunyai pacar di satu kota tapi berbeda kampus.

Ega mulai berbeda, stylenya, cara bergaul dengan teman-temannya. Ega mempunyai ciri khas tersendiri dan hal itulah yang membuat beberapa cewek yang mengenalnya naksir padanya. Hal itu berubah karena Ega mengeluarkan bakat terpendam yang selama ini ia sembunyikan. Meskipun begitu sikap Ega tetap cuek dan jutek terhadap cewek-cewek yang mendekatinya kecuali terhadap Echa. Perasaan Ega pada Echa berbeda, tapi apa? Ega pun tidak dapat mengartikannya.

Ega pernah mengajak Echa ketempat rahasianya. Tempat dimana Ega terbiasa menyendiri jika ia merasa sedih, tempat tersebut sangat indah dan tenang, ada sebuah kursi, jika kita duduk di kursi tersebut maka yang terlihat adalah pemandangan laut.

“Disinilah tempat ku terbiasa menyendiri, jika aku ingin menyendiri maka aku akan kesini. Tempat inilah yang membuatku tenang”

“Tempatnya nyaman, pemandangannya indah, ada pohon kelapa untuk berteduh sehingga tidak terlalu panas, angin pantai yang berhembus juga membuat perasaan rileks. Lalu apa alasanmu mengajakku kesini?” Tanya Echa.

“Hmmm…!! Apa ya….!! Untuk menikmati suasana yang indah ini. Heheheh” Tawa kecil dari Ega.

“Ega apa ini?” tiba-tiba Ega mengulurkan headset ke depan muka Echa.

“Udah kamu dengerin aja,,,” Kata Ega pada Echa.

“Oh jadi ini lagu-lagu kesukaan Ega, cukup membuat hati tenang” Kata Echa dalam hati.

Beberapa menit kemudian suasana menjadi hening. Karena keheningan itu membuat Echa memperhatikan Ega. Hal baru yang dilihat Echa membuatnya terpesona. Ini adalah hal lain dari Ega, Ega saat itu memejamkan mata dengan ekspresi yang sangat tenang, kedua tangannya disilangkan ke depan dadanya, kedua kakinya lurus disilangkan ke depan, posisi kepala agak menunduk ke bawah.

“Jadi ini sikap tenang dari Ega, dia lebih cool dari yang sebelumnya. Dengan melihatnya saja semua bebanku terasa menghilang” Kata Echa dalam hati.

Hampir sejaman Echa memperhatikan Ega dan hal itu tidak diketahui oleh Ega. Sudah setahun lebih mereka bersahabat, echa dan Ega sangat dekat mereka sering melakukan segala kegiatan bersama. Bahkan jika Echa kencan dengan pacarnya terkadang Echa membawa Ega bersama.

“Kalau gak ada Ega gak rame” Itu yang dikatakan Echa.

Hal itu tidak disukai oleh pacar dari Echa. “Boleh bersahabat tapi tidak harus setiap saat bersama kan?” Umpat pacar Echa. Hubungan mereka menjadi renggang, pacarnya Echa menjadi sedikit berubah, dia jarang waktu untuk Echa dan agak sulit untuk dihubungi. Echa tidak pernah curiga dengan perubahan dari pacarnya.

“Mungkin dia lagi sibuk dengan kuliahnya” Pikirnya dalam hati.

Suatu hari ketika Ega makan disebuah mall tanpa sengaja Ega melihat pacarnya Echa duduk ber-2 bersama seorang cewek. Saat itu Ega melihat pacar dari Echa memegang kedua tangan cewek tersebut dengan sangat mesra kemudian pacar dari Echa mencium kedua tangan cewek tersebut. Langsung saja Ega menelepon Echa untuk menemuinya karena menurut Ega jika hanya sekedar foto atau kabar itu tidak akan cukup membuat Echa percaya.

Echa berangkat dengan taksi, Echa tidak tahu apa maksud dari Ega. Sesampainya di mall Echa langsung menuju tempat yang ditujukan Ega. Sebelum Echa menemukan Ega, Echa terlebih dahulu melihat pacarnya dengan wanita lain dengan mesra. Langsung saja Echa melabrak mereka berdua. Hal itu diketahui oleh Ega, maksud Ega bukan seperti ini. Masalahnya menjadi runyam.

“Supri siapa cewek yang bersamamu ini?!” Bentak Echa pada Supri pacarnya. Memang nama pacar Echa agak katrok tapi jangan lihat dari namanya lihat wajahnya. Wajah pacarnya Echa widih….!! Norak. Maaf agak bercanda sedikit.

“Sayang ko’ kamu ada disini?” Kata Supri kaget dengan kedatangan Echa.

“Anjritttt,,,!!!” Umpat Supri dalam hati.

“Dasar cowok brengsek!! Jadi ini kelakuan kamu dibelakang aku?!” Echa marah sambil ngemil piring punya meja sebelah.

“Echa semua ini bisa aku jelasin” Supri mencoba menenangkan Echa.

“Sial si Echa tau duluan lagi, gimana nih! Samperin gak ya?” kata Ega dari kejauhan.

“Jelasin!!! Ini penjelasannya” Echa menyiram Supri dengan air bekas upilnya.

*Maaf bukan maksud saya untuk bercanda hanya saja terbawa suasana*

Echa langsung meninggalkan Supri, Ega yang melihat kejadian itu langsung mengejar Echa.

“Brengsek li!!” PLAKKK….!! Supri digampar plus disiram air minuman oleh gadis yang bersamanya tadi. Malang bener nasib lu Pri, sesuai dengan tampang lu.

Ega menghampiri Echa yang saat itu berada diluar mall.

“Cha mau kemana kamu?” Ega memegang pundak Echa.

“Ega tolong jangan ganggu aku dulu, aku mau sendiri” Echa mencoba mencari taksi.

“Tapi Cha kamu mau kemana?”

“Ega kamu bisa dengar gak sih?!! Jangan ganggu aku! Jelas!!” Echa mencoba menyingkirkan tangan Ega.

“Oke baik aku gak akan ganggu kamu” Ega melepaskan tengannya dari Echa. Lalu Echa pergi dengan taksi.

Echa begitu terpukul dengan kejadian tadi. Disepanjang perjalanan Echa hanya menangis. Echa sama sekali tidak pernah menaru curiga dengan pacarnya. Saat itu Echa pergi ketempat dimana dia dan Ega biasa menyendiri. Kesebuah pantai dimana dia terbiasa dengan Ega.

Ketiak Echa menangis sambil duduk ditempat itu tanpa disadari Echa, Ega sudah ada disamping Echa. Hal itu membuat Echa kaget.

“Ega darimana kamu tau kalau aku ada disini?” Kata Echa.

“Kamu bilang ingin menyendiri kan? Bukannya tempat ini adalah tempat rahasia kita untuk menyendiri?” Jawab Ega. Lalu Ega mengulurkan headset ke Echa.

Lalu mereka berdiam diri sambil mendengarkan lagu yang diputar. Seperti yang biasa mereka lakukan ditempat itu. Saat itu Echa masih menangis tersedu-sedu mengingat kejadian yang tadi.

“Echa kamu jangan sedih, kamu enggak sendiri ko’. Disini ada aku yang selalu temenin kamu. Kalau kamu ingin bersandar, bersandarlah dipundakku. Aku siap ko’ mengorbankan pundakku untukmu bersandar.”

Kata-kata Ega membuat Echa menjadi tenang. Echa melakukan apa yang dikatakan Ega tadi. Dia menyandarkan kepalanya dipundak Ega. Hampir 3 jam mereka ditempat itu hingga matahari hampir terbenam. Saat itulah Ega mncoba membangunkan Echa yang hampir tertidur.

“Cha kamu tau gak apa yang paling aku suka dari tempat ini?” Kata Ega.

“Emang apa Ga?” Sahut Echa.

“Ditempat ini aku bisa melihat sunset, seperti saat ini. Indah gak Cha?”

“Indah banget Ga. Thanks ya Ga udah mau nemenini aku, hibur aku, dan buat hatiku tenang”

Bersambung, kapan-kapan gw lanjut ^_^

0 komentar:

Posting Komentar