Ega hanya berbaring di kosnya sambil melihat lampu yang ada
di atas langit-langit kosnya. Cowok yang berumur 20 tahun ini baru saja putus
dengan pacarnya Cindy, rasanya Ega tak percaya hubunganya berakhir hanya karena
pihak ke-3. Cindy selingkuh dengan teman dekat Ega yaitu Risky. Cindy memang
dari dulu mengincar risky dengan mendekati Ega, tetapi karena Ega yang lebih
dahulu menembak Cindy secara terpaksa Cindy menerima Ega. Risky dari segi
finansial memang lebih dari Ega. Disbanding dengan Ega yang hanya anak
kos-kosan Risky adalah anak direktur yang setiap hari pergi ke kampus selalu
membawa mobil yang mewah. Risky juga anak geng motor, bisa komunitas motor.
Wanita mana yang tidak tertarik dengan Risky.
“Aku tidak ingin lagi mengenal yang namanya cinta”
Itulah yang dikatakan Ega untuk dirinya sendiri. ega begitu
terpukul, sakit hati cinta tulusnya hanya sebuah permainan bagi Cindy. Ega
terus melamun, bersedih hati sampai-sampai dia ketiduran.
“Ini kamarnya Pak?”
“Iya, memang adek mau menempati kamar ini sekarang?”
Sayup-sayup Ega mendengar suara percakapan dari luar.
Ternyata ada penghuni baru di kosnya. Ega terbangun mengintip dari cendela,
ternyata penghuni baru tersebut adalah seorang cewek dengan paras yang cantik.
Memang kos yang dihuni Ega adalah kos campuran namun dari segi keamanan dan
kenyamanankos tersebut lumayan baik sesuai dengan biaya kos selama 1 bulan.
“Iya Pak! Karena besok aku pertama kali masuk ke Universitas
Y****” Kata cewek tersebut.
“Oh jadi adek pindah kesana? Kebetulan dek disini ada anak
kos yang kuliah disana. Itu kamarnya” Sambil menunjuk kamar Ega.
Dipagi harinya ketika Ega menonton TV Ega dihampiri oleh
gadis yang baru kos ditempat kosnya tersebut. Memang kebetualan gadis tersebut
ingin menonton TV. Di kosan tersebut ada tempat khusus untuk menonton TV,
banyaknya TV ada 4. Suasana kos saat itu sangat sepi, hanya ada mereka ber-2
karena rata-rata penghuni kos bekerja. Hanya mereka ber-2 yang mahasiswa.
“Aku dengar kamu kuliah di Y****” Sapa gadis itu pada Ega.
“Iya, baru setahun aku kuliah disana” Jawab Ega.
“Kalau gitu kita kuliah ditempat yang sama aku baru saja
pindah dari Surabaya. Namaku Echa, nama kamu siapa?” Sambil mengulurkan
tangannya untuk memperkenalkan diri.
“Namaku Ega. Kamu mengambil jurusan apa? Kalau aku mengambil
jurusan Manajemen Informatika”
“Oh kalau gitu kita sama aku juga mengambil jurusan
Manajemen Informatika. Sebenarnya aku juga punya beberapa teman yang kuliah
disana tetapi mereka berbeda jurusan denganku”
Itulah awal perkenalan mereka. Sore harinya Ega dan Echa
berangkat kuliah bersama-sama. Memang kuliah mereka sore dari jam 15.00-18.00
WIB. Ega diperkenalkan ke teman-temannya Echa yang diceritakannya tadi pagi. Ternyata
teman-teman Echa adalah anak Band, beberapa dari mereka adalah anak motor, Echa
sendiri ternyata jago main gitar. Teman Echa cukup menyenangkan bagi Ega.
Ega menemukan teman baru, sejak saat itu mereka menjadi
akrab. Tapi sikap Ega membuat Echa bingung. Bagi Echa, Ega adalah sosok orang
yang pendiam dan cuek. Ega tidak perna menceritakan tentang dirinya kecuali
jika Echa bertanya pasti Ega menjawab selebihnya jika pertanyaan itu tidak
penting untuk dijawab maka tidak ia jawab atau hanya sebagian yang ia jawab
selebihnya penuh dengan tanda Tanya.
Sosok Ega yang pendiam pada Echa itu hanya karena Ega masih
trauma dengan cinta pertamanya yang kandas. Ega tidak mau berlebihan dengan
wanita cukup bagi Ega mengenal pahitnya cinta. Satu bulan perkenalannya dengan
Echa, Ega agak cuek tapi setelah beberapa bulan masa pertemanan mereka Ega agak
sedikit terbuka. Entah disengaja atau tidak suatu hari mereka sedang ngobrol di
kos. Seperti biasa mereka sedang menonton TV, entah siapa yang memulai mereka
tiba-tiba membahas tentang cinta, persahabatan, masa lalu, bahkan tentang
mantan. Saat itulah Ega menceritakan tentang cinta pertamanya yang pahit. Echa
begitu terharu mendengar cerita dari Ega. Akhirnya Echa mengerti kenapa sikap
Ega yang cuek dan pendiam karena selama ini dia tidak bisa move on. Ega terlalu
mengingat masa lalunya. Saat itu Echa hanya dapat memberi satu nasehat pada
Ega.
“Memang penting pahitnya masa lalu untuk diingat agar kita
dapat belajar dan menjadi lebih kuat untuk menghadapi masalah yang lebih besar
nanti. Tetapi jangan karena masa lalu itu menjadikan kita lebih lemah dari yang
sebelummya”
Hati Ega seakan-akan terhentak mendengar kata-kata Echa.
“Echa benar. Apa yang diakatakan Echa benar” Kata Ega dalam
hati.
Ega seperti mendapat semangat baru dalam hidupnya.
“Akan kuajarkan untuk melupakan mantanmu” Kata Echa pada
Ega.
“Caranya?” Sahut Ega.
“Ya kamu dapat mengisi hari-hari mu dengan berbagai
kegiatan. Kalau kamu hanya menghabiskan waktu mu untuk berdiam di kos, menonton
TV, dls. Kapan kamu akan move on?!!”
Besoknya Ega digabungkan ke grup band oleh Echa, grup band
yang dipelopori oleh teman-temannya dan dirinya sendiri. Ega diajarkan main
gitar oleh Echa, Ega juga ikut berbagai komunitas seperti komunitas IT, motor,
dance, dls. Hubungan Ega dan Echa semakin erat karena seringnya kebersamaan
yang mereka lakukan, seperti mereka berada di grup band yang sama, bergabung di
beberapa komunitas yang sama. Terkadang hal itu membuat pacar Echa cemburu.
Echa mempunyai pacar di satu kota tapi berbeda kampus.
Ega mulai berbeda, stylenya, cara bergaul dengan
teman-temannya. Ega mempunyai ciri khas tersendiri dan hal itulah yang membuat
beberapa cewek yang mengenalnya naksir padanya. Hal itu berubah karena Ega
mengeluarkan bakat terpendam yang selama ini ia sembunyikan. Meskipun begitu
sikap Ega tetap cuek dan jutek terhadap cewek-cewek yang mendekatinya kecuali
terhadap Echa. Perasaan Ega pada Echa berbeda, tapi apa? Ega pun tidak dapat
mengartikannya.
Ega pernah mengajak Echa ketempat rahasianya. Tempat dimana
Ega terbiasa menyendiri jika ia merasa sedih, tempat tersebut sangat indah dan
tenang, ada sebuah kursi, jika kita duduk di kursi tersebut maka yang terlihat
adalah pemandangan laut.
“Disinilah tempat ku terbiasa menyendiri, jika aku ingin
menyendiri maka aku akan kesini. Tempat inilah yang membuatku tenang”
“Tempatnya nyaman, pemandangannya indah, ada pohon kelapa
untuk berteduh sehingga tidak terlalu panas, angin pantai yang berhembus juga
membuat perasaan rileks. Lalu apa alasanmu mengajakku kesini?” Tanya Echa.
“Hmmm…!! Apa ya….!! Untuk menikmati suasana yang indah ini.
Heheheh” Tawa kecil dari Ega.
“Ega apa ini?” tiba-tiba Ega mengulurkan headset ke depan
muka Echa.
“Udah kamu dengerin aja,,,” Kata Ega pada Echa.
“Oh jadi ini lagu-lagu kesukaan Ega, cukup membuat hati
tenang” Kata Echa dalam hati.
Beberapa menit kemudian suasana menjadi hening. Karena
keheningan itu membuat Echa memperhatikan Ega. Hal baru yang dilihat Echa
membuatnya terpesona. Ini adalah hal lain dari Ega, Ega saat itu memejamkan
mata dengan ekspresi yang sangat tenang, kedua tangannya disilangkan ke depan
dadanya, kedua kakinya lurus disilangkan ke depan, posisi kepala agak menunduk
ke bawah.
“Jadi ini sikap tenang dari Ega, dia lebih cool dari yang
sebelumnya. Dengan melihatnya saja semua bebanku terasa menghilang” Kata Echa
dalam hati.
Hampir sejaman Echa memperhatikan Ega dan hal itu tidak
diketahui oleh Ega. Sudah setahun lebih mereka bersahabat, echa dan Ega sangat
dekat mereka sering melakukan segala kegiatan bersama. Bahkan jika Echa kencan
dengan pacarnya terkadang Echa membawa Ega bersama.
“Kalau gak ada Ega gak rame” Itu yang dikatakan Echa.
Hal itu tidak disukai oleh pacar dari Echa. “Boleh
bersahabat tapi tidak harus setiap saat bersama kan?” Umpat pacar Echa.
Hubungan mereka menjadi renggang, pacarnya Echa menjadi sedikit berubah, dia
jarang waktu untuk Echa dan agak sulit untuk dihubungi. Echa tidak pernah
curiga dengan perubahan dari pacarnya.
“Mungkin dia lagi sibuk dengan kuliahnya” Pikirnya dalam
hati.
Suatu hari ketika Ega makan disebuah mall tanpa sengaja Ega
melihat pacarnya Echa duduk ber-2 bersama seorang cewek. Saat itu Ega melihat
pacar dari Echa memegang kedua tangan cewek tersebut dengan sangat mesra
kemudian pacar dari Echa mencium kedua tangan cewek tersebut. Langsung saja Ega
menelepon Echa untuk menemuinya karena menurut Ega jika hanya sekedar foto atau
kabar itu tidak akan cukup membuat Echa percaya.
Echa berangkat dengan taksi, Echa tidak tahu apa maksud dari
Ega. Sesampainya di mall Echa langsung menuju tempat yang ditujukan Ega.
Sebelum Echa menemukan Ega, Echa terlebih dahulu melihat pacarnya dengan wanita
lain dengan mesra. Langsung saja Echa melabrak mereka berdua. Hal itu diketahui
oleh Ega, maksud Ega bukan seperti ini. Masalahnya menjadi runyam.
“Supri siapa cewek yang bersamamu ini?!” Bentak Echa pada
Supri pacarnya. Memang nama pacar Echa agak katrok tapi jangan lihat dari
namanya lihat wajahnya. Wajah pacarnya Echa widih….!! Norak. Maaf agak bercanda
sedikit.
“Sayang ko’ kamu ada disini?” Kata Supri kaget dengan
kedatangan Echa.
“Anjritttt,,,!!!” Umpat Supri dalam hati.
“Dasar cowok brengsek!! Jadi ini kelakuan kamu dibelakang
aku?!” Echa marah sambil ngemil piring punya meja sebelah.
“Echa semua ini bisa aku jelasin” Supri mencoba menenangkan
Echa.
“Sial si Echa tau duluan lagi, gimana nih! Samperin gak ya?”
kata Ega dari kejauhan.
“Jelasin!!! Ini penjelasannya” Echa menyiram Supri dengan
air bekas upilnya.
*Maaf bukan maksud saya untuk bercanda hanya saja terbawa
suasana*
Echa langsung meninggalkan Supri, Ega yang melihat kejadian
itu langsung mengejar Echa.
“Brengsek li!!” PLAKKK….!! Supri digampar plus disiram air
minuman oleh gadis yang bersamanya tadi. Malang bener nasib lu Pri, sesuai
dengan tampang lu.
Ega menghampiri Echa yang saat itu berada diluar mall.
“Cha mau kemana kamu?” Ega memegang pundak Echa.
“Ega tolong jangan ganggu aku dulu, aku mau sendiri” Echa
mencoba mencari taksi.
“Tapi Cha kamu mau kemana?”
“Ega kamu bisa dengar gak sih?!! Jangan ganggu aku! Jelas!!”
Echa mencoba menyingkirkan tangan Ega.
“Oke baik aku gak akan ganggu kamu” Ega melepaskan tengannya
dari Echa. Lalu Echa pergi dengan taksi.
Echa begitu terpukul dengan kejadian tadi. Disepanjang
perjalanan Echa hanya menangis. Echa sama sekali tidak pernah menaru curiga
dengan pacarnya. Saat itu Echa pergi ketempat dimana dia dan Ega biasa
menyendiri. Kesebuah pantai dimana dia terbiasa dengan Ega.
Ketiak Echa menangis sambil duduk ditempat itu tanpa
disadari Echa, Ega sudah ada disamping Echa. Hal itu membuat Echa kaget.
“Ega darimana kamu tau kalau aku ada disini?” Kata Echa.
“Kamu bilang ingin menyendiri kan? Bukannya tempat ini
adalah tempat rahasia kita untuk menyendiri?” Jawab Ega. Lalu Ega mengulurkan
headset ke Echa.
Lalu mereka berdiam diri sambil mendengarkan lagu yang
diputar. Seperti yang biasa mereka lakukan ditempat itu. Saat itu Echa masih
menangis tersedu-sedu mengingat kejadian yang tadi.
“Echa kamu jangan sedih, kamu enggak sendiri ko’. Disini ada
aku yang selalu temenin kamu. Kalau kamu ingin bersandar, bersandarlah
dipundakku. Aku siap ko’ mengorbankan pundakku untukmu bersandar.”
Kata-kata Ega membuat Echa menjadi tenang. Echa melakukan
apa yang dikatakan Ega tadi. Dia menyandarkan kepalanya dipundak Ega. Hampir 3
jam mereka ditempat itu hingga matahari hampir terbenam. Saat itulah Ega mncoba
membangunkan Echa yang hampir tertidur.
“Cha kamu tau gak apa yang paling aku suka dari tempat ini?”
Kata Ega.
“Emang apa Ga?” Sahut Echa.
“Ditempat ini aku bisa melihat sunset, seperti saat ini.
Indah gak Cha?”
“Indah banget Ga. Thanks ya Ga udah mau nemenini aku, hibur
aku, dan buat hatiku tenang”
Bersambung, kapan-kapan gw lanjut ^_^
0 komentar:
Posting Komentar